Halaman

Jumat, 21 Juni 2013

SIM dan Tikungan Tajam



Awalnya keinginan memiliki SIM belum terpikir karena selain belum bisa bawa motor juga kemana-mana masih bisa naik angkot yang kebetulan bisa di stop langsung di depan rumah. Tapi setelah belajar dan akhirnya bisa bawa motor sendiri, barulah ada niatan untuk membuat SIM. Jadi ingat waktu membuat SIM, saat itu saya diantar Abah ke kantor Polres Cilegon untuk membuat SIM. Ternyata di sana sudah ada antrian panjang orang-orang yang akan membuat SIM. Saya coba jalur resmi / ga nembak  

Setelah daftar barulah saya ikut tes tulis, serasa sekolah lagi ikut tes tulis maklum sudah emak-emak. Tes tulis lewat dengan hasil bagus, Abah sampai tidak percaya waktu itu karena untuk saya yang belum pernah bawa kendaraan bisa lulus. Barulah tes driving yang membuat keringet dingin ngucur. Bayangkan saja, naik motor saja baru bisa di jalan yang lurus dan sepi itu pun dengan kecepatan 30 km/jam. Ini tesnya harus melewati patok-patok yang diletakkan berdekatan sehingga motor harus belok kanan dan kiri. Baru satu langkah sudah banyak patok yang jatuh, sampai tiga kali  saya mengulangi tes ini tapi tetap saja patok-patok itu berjatuhan (parah ya). Ternyata dari sekian banyak orang yang daftar SIM hanya satu orang saja yang lulus tes driving.

Akhirnya  nyerah juga  untuk tes driving ini, jadilah saya lewat jalur nembak. Saat itu saya di suruh datang ke salah satu ruangan untuk membayar dan ternyata di sana sudah banyak yang ngantri untuk nembak SIM juga. Setelah membayar, saya harus masuk ruang pemotretan, habis di potret tunggu beberapa menit di ruang tunggu maka jadilah SIM. 
Setelah memiliki SIM barulah saya berani naik motor ke jalan raya.

Dua bulan kemudian saya berencana mengajak anak dan keponakan jalan-jalan ke pantai Kelapa Tujuh di dekat Pelabuhan Merak,  naik motor tentunya. Pagi-pagi sekali kami sudah berangkat, karena jalanan masih sepi maka asyik sekali dan kecepatan pun di tambah. Ternyata saya kurang kontrol waktu melewati tikungan tajam sebelum pelabuhan Merak, tepatnya di depan hotel Mangku Putra. Maka saya perlambat laju motor tapi telat karena motor matic tidak seperti motor gigi. Akhirnya saya coba rem dan hasilnya motor melaju miring persis seperti Valentino Rossi kalau sedang balapan. Bedanya motor saya tidak bisa tegak lagi dan.... jatuh deh. Alhamdulillah anak dan keponakan saya cuma luka ringan. Tapi kedua lutut saya luka parah namun masih bisa jalan, lebih dari sebulan saya baru bisa naik motor lagi.


Kejadian itu lima tahun yang lalu dan cukup membekas di ingatan saya. Saat ini di rantau ketika suami mengijinkan untuk tes SIM , saya masih takut.  Karena kebetulan di Ruwais-Abudhabi sini sepanjang  jalan banyak sekali ring road. Saya khawatir sekali akan mengalami kejadian yang sama. Mungkin suatu saat saya siap untuk ikut tes SIM sambil mengumpulkan keberanian. Hal penting yang harus selalu di ingat tetap waspada dan hati-hati walaupun SIM sudah di tangan.



Cerita ini diikutsertakan di Kinzihana's GiveAway.

Kamis, 23 Mei 2013

Aroma Sarden



   Sarden...menurutku menu emergency, jika stok sayuran dan ikan sudah habis maka sarden bisa jadi menu andalan yang enak dan mudah penyajiannya. Cukup tumis bawang merah dan putih, jika suka pedas bisa di tambah cabe rawit, masukkan sarden. Aroma ikan sarden ini begitu gurih.
     Aroma sarden ini mengingatkan Aku waktu pertama kalinya makan sarden. Waktu itu Aku duduk di kelas satu SD, namun belum berani makan pedas. Padahal masakan Emak selalu bervariasi dan enak, tapi di mataku kalau warna makanan itu merah sudah pasti pedas. Warna merahnya makanan selalu membuatku takut untuk mencicipi makanan dan menurutku makanan pedas itu sangat jahat untuk mulutku yang tidak kuat  pedas. 
     Ketika suatu saat aku pulang sekolah, perutku lapar sekali. Sedang merasakan perut lapar dan perih, tiba-tiba kucium aroma masakan yang sedap sekali. Langsung saja aku menuju dapur, kulihat Emak sedang memasak sarden. Emak senyum-senyum melihat aku yang suka dengan aroma masakannya, langsung saja di siapkan nasi dan sarden tadi di meja. Karena sangat lapar, Aku tidak mengingat lagi apa warna sarden tadi dan langsung makan dengan lahap, nambah lagi he..he..
     Sejak saat itu Aku mulai suka makanan pedas dan tentu saja Emak senang karena makanan selalu habis. Pengalaman makan sarden yang pedas ini tidak bisa di lupakan. Sarden selalu enak di santap apalagi kalau di bulan Ramadhan, saat sahur ada sarden hmm...sedaaap.






     Sejak ikut menemani suami merantau di negeri padang pasir (Abudhabi), Aku selalu rindu menu sarden buatan emak. Suatu hari ketika Aku dan suami sedang belanja bulanan di Supermarket, tiba-tiba mataku tertuju pada kaleng  kecil bergambar ikan. Waah...ternyata di sini ada juga sarden cuma dengan kemasan berbeda, senangnya. Suamiku mengingatkan agar selalu melihat komposisi/ingredients  makanannya sebelum membeli.
   



Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Cerita di Balik Aroma yang diadakan oleh Kakaakin

Senin, 20 Mei 2013

Jangan Maksa


Assalamualaikum...sebelumnya salam kenal untuk adik Vania yang cantik, met Ultah moga jadi anak sholehah, sehat, berbudi luhur dan cerdas, Amien.

 Anak-anak memang lucu dan suka meniru orang-orang di sekitarnya. Muhammad Ma'ruf usianya baru saja 3 tahun pada 3 Mei ini, jagoan kecilku ini suka sekali meniru dan bertanya segala hal. Kalau sudah bertanya ga ada ujungnya. Terkadang ucapan ibu, bapaknya atau kakaknya di tiru dengan gaya bahasanya sendiri. Karena paling kecil di rumah maka Kami memanggilnya "Dede".

Suatu hari tetangga mengundang untuk hadir acara pengajian di rumahnya. Senang sekali jagoanku, karena di sana akan banyak teman bermain. Kebetulan tetanggaku juga punya anak kecil.  Ketika ustadzah sedang menyampaikan tausiyah, tiba-tiba dari ruangan sebelah terdengar suara jeritan anak-anak. Setelah di hampiri ternyata Dede Ma'ruf sedang merebut mainan mobilan dari tangan temannya dengan paksa. Perlahan di rayu supaya jagoanku mau melepaskan mainan itu, dan akhirnya di lepaskan juga mainan itu. Lalu ku tanya kenapa Dia rebut mainan itu dari temannya. jawabnya "Dede kan pinjem.." Lalu kukatakan  "Dede.....kalau pinjem mainan temen jangan  maksa, itu ga baik". Dede Ma'ruf diam, itu artinya Dia mengerti.


Dede ma'ruf saat usia 1,5 tahun

Kakaknya (Sayyid, 10 tahun) suatu hari memperagakan gerakan Pencak Silat pada Bapaknya. Sebelum pentas di acara International Day yang di adakan sekolahnya.  Dede ma'ruf memperhatikan kakaknya, tak lama kemudian Dede Ma'ruf memperagakan gerakan Pencak Silat kakaknya tadi, Kami yang melihatnya senyum-senyum karena tingkahnya lucu sekali.

Karena sudah malam dan waktunya tidur, maka ku ingatkan Dede Ma'ruf untuk menggosok gigi dan cuci tangan plus kaki. "Dede.....ayo sikat gigi dulu, kita kan mau bobo ya". Rutinitas sebelum tidur ini selalu dibiasakan sedari kecil. Akan tetapi Dede Ma'ruf menolak dan asyik melihat dan meniru kakaknya yang sedang latihan Pencak Silat dengan Bapaknya. Karena tak sabar menunggu maka ku gendong saja Dede Ma'ruf untuk kemudian menuju kamar mandi. Saat akan menyikat gigi jagoanku ini memegang tanganku dan mengatakan "Ibu......kalau sikat gigi jangan maksa, itu ga baik". 



Sayyid dan Dede Ma'ruf


Tertawa aku mendengar kata-katanya, ternyata Dia masih merekam kata-kataku. Mudah-mudahan apa yang diingat dan direkamnya hanya yang baik-baik saja karena ibunya tidak luput dari salah.


Minggu, 24 Februari 2013

Tissue

Tissue



     Tissue....setuju banget ga sih ibu-ibu klo barang yang satu ini banyak sekali gunanya.   Ya, selain tampilannya yang beragam warna juga simpel, praktis, dan sekali pakai. Harganya pun terjangkau. Mungkin ada ibu-ibu yang lebih suka memakai lap tangan dari pada tissue. Kalau saya lebih suka tissue karena selain praktis, sekali pakai dan ga perlu nyuci (ketauan banget ya malesnya...).
     Mulai dari melap perabot dapur, meja, laptop, memungut makanan yang jatuh di lantai, membersihkan tangan dan pipi si kecil yang belepotan makanan, sampai melap kacamata suami pun tinggal tarik tissue saja terus buang deh. Alhasil tempat sampah penuh dengan tissue. Anak saya yang nomer dua selalu komentar, "ibu nih...kayaknya tiada hari tanpa tissue. Semua-semua di lap pake tissue" katanya. 
     Akhirnya seluruh anggota keluarga ikut-ikutan membersihkan segala sesuatu dengan tissue, mungkin karena tidak di sediakan lap tangan jadinya tarik tissue... beres deh. Tapi kadang kesel juga kalau si sulung sudah berlebihan memakai tissue, untuk melap tangan saja setengah wadah tissue ditariknya. Kalau sudah begini, biasanya saya buat peraturan penggunaan tissue, segitunya....
     Memang agak berlebihan juga kalau sampai buat peraturan, tapi kalau ga gitu bisa-bisa anggaran tissue membengkak. Hemat itu perlu banget termasuk dalam penggunaan tissue, bener ga sih?
     Saking seringnya memakai  tissue, sampai si kecil pun meniru kebiasaan ibunya. Suatu hari, ketika sedang asyik di dapur menyiapkan menu makan siang. Tiba-tiba si kecil memanggil dari ruang tamu "Ibuu...lihat nih, Dede bisa kayak ibu" katanya. Waktu saya lihat, "Astaghfirullah...." isi tissue keluar semua dari wadahnya, jadilah ruang tamu penuh dengan tissue. Si kecil tersenyum, ahh...ga jadi marah deh kalau dah lihat senyum penghangat jiwa itu.

Jumat, 08 Februari 2013

ketahuan mabuk

                                                Ketahuan mabuk


     Suatu hari di sebuah sekolah kejuruan / teknik di gelar razia bagi siswa yang ketahuan merokok dan minum minuman keras. Setelah melalui pemeriksaan di tiap-tiap kelas, tertangkaplah empat orang siswa. Mereka di hadapkan pada kepala sekolah yang terkenal disiplin, tegas dan galak, pak Adi namanya. Empat orang siswa itu Dedi, Agus, Didi dan Mardi. Tanpa basa basi lagi, pak Adi langsung bertanya dengan nada tinggi.
      " Kalian sudah tahu kalau merokok dan minum minuman keras itu
         merusak kesehatan?"
       "Sudah, pak..." kompak mereka berempat menjawab.
       "Dedi, sudah lama kamu mabuk?"
       "Be...belum, pak. baru tiga hari" dengan ketakutan Dedi menjawab.  
       "Hmm....."
       " Didi, kamu sudah berapa lama mabuk?"
       " Baru lima hari, pak" Didi tak berani menatap pak Adi.
       "Kau Mardi, sudah lama juga mabuk?"
       "He..he... baru juga seminggu, pak" jawabnya sambil senyum-senyum
Pak Adi yang melihat ekspresi  "tanpa bersalahnya" Mardi, jadi geram.
       " Bagaimana dengan kamu, Agus. Berapa lama kamu mabuk? tiga hari, lima
         hari atau satu minggu?"
       "Tiga, pak" Agus menjawab dengan santai.
       "Tiga hari"
       "Bukan ,pak"
       "Tiga minggu,ya?" pak Adi bertanya lagi.
       "Bukan juga, pak" tetap dengan santai Agus menjawab.
       "Lalu...berapa lama kamu mabuk?"
       "Tiga tahun, pak"
       Sontak teman-temannya tertawa sambil di tahan memegang perut, tak tahan dengan jawaban Agus yang lucu.
       "Apaa???..." Pak Adi membelalakan matanya tak percaya.
       "Baiklah, kamu di skors selama satu minggu".